Powered By Blogger

Selasa, 15 Maret 2011

Every Second is Priceless

Pie Jesu,
Qui tollis peccata mundi
Dona eis requiem.

Agnus Dei,
Qui tollis peccata mundi,
Dona eis requiem
Sempiternam.


Merciful Jesus,
Who takes away the sins of the world,
Grant them rest.

Lamb of God,
Who takes away the sins of the world,
Grant them rest
Everlasting.


Sebenarnya saya tidak terlalu yakin dengan apa yang saya tulis kali ini, apalagi setelah absen beberapa lama dari dunia tulis-menulis. Yang saya tahu hanyalah adanya sebuah dorongan yang kuat dalam hati ini untuk membagi perasaan saya baru-baru ini. Kali ini saya ingin mengajak teman2 pembaca untuk mengenang kembali orang-orang tercinta yang telah berpulang.

Fenomena 'social networking' yang sekarang hampir tidak bisa lepas dari hidup kita, baru-baru ini mengingatkan saya kembali akan satu-satunya hal yang pasti dalam hidup - dengan caranya yang teramat unik dan baru bagi saya.

Baru kemarin saya menangis untuk kepergian ayah tercinta dari seorang teman. Seseorang yang tidak saya kenal sama sekali dan tidak pernah saya temui di kehidupan yang nyata. Status terakhir di akun jejaring sosialnya diperbarui hanya beberapa jam sebelum kepulangan almarhum ke rumah yang abadi. Lewat ucapan selamat jalan dari kenalan-kenalan serta beberapa status dan komentar terakhir almarhum, tergambar dengan cukup jelas - setidaknya bagi saya - keindahan dan kehangatan pribadi almarhum. Saya pun merasa terharu dan sedikit menyesal, karena selama ini tidak sempat mengenal almarhum secara pribadi. Malahan saya baru tahu kalau beliau eksis hanya lewat akun jejaring sosial anaknya, yang notabene teman saya.

Ternyata memang benar, kematian datang seperti pencuri. Tak pernah ada yang tahu pasti kapan dan dimana Tuhan akan menjemput kita. Bayangkan, seseorang bisa saja memperbarui statusnya, dan hanya dalam beberapa jam akun pribadinya telah dipenuhi dengan ucapan selamat jalan dan belasungkawa. Baru saja seorang suami memberitakan kelahiran anak pertamanya, dan hanya dalam beberapa jam akun pribadinya telah dipenuhi ucapan belasungkawa atas kepergian istri tercinta. Seorang sahabat yang sudah hilang kontak dengan saya selama 15 tahun akhirnya saya temukan kembali... setelah berita kematiannya termuat di koran. Belum lagi bencana alam yang menyapu segala kehidupan dalam sekejap. Segala macam nafas dapat terhenti dalam hitungan detik, semudah kita mengedipkan mata.

Setiap detik yang kita miliki hanyalah pinjaman. Dan setiap detik sangatlah berharga. Hargai setiap detik anda bersama orang-orang yang anda cintai, karena kita dapat kehilangan mereka kapan saja. Tidak ada cara lain untuk membuat hidup anda penuh selain dengan cinta. Hal sepele yang tidak anda lakukan bagi mereka yang selalu ada di samping anda, sangat mungkin akan jadi penyesalan terbesar anda saat orang itu pergi untuk selamanya. Dan saat penyesalan itu datang, bahkan uang sebanyak apapun, prestasi sehebat apapun, status sosial setinggi apapun tak akan dapat menyembuhkan kekosongan hati anda.

Dan yang tak kalah penting, jangan lupa membawa nama mereka yang telah pergi ke dalam doa-doa anda. Biarlah mereka hidup abadi dengan segala warna yang pernah mereka bawa di dalam hati anda. Tak ada tindakan yang semudah mengucap kata. Tapi dengan dimulainya sebuah kesadaran, semoga tidak ada lagi sedetikpun hidup kita yang terbuang percuma sampai waktu kita menghadap-Nya nanti.



Sumber gambar : http://dapurletter.com/mainpage/wp-content/uploads/2010/07/family-jg.jpg

Sabtu, 01 Januari 2011

My Private New Year's Resolution 1.1.11

1. Working in big company that can assure employee's rights, so get ready to work harder on bigger responsibilities

2. Lenghtening my hair

3. Losing my weight (it has been my every year's resolution since 1995)

4. Improving my vocal ability

5. Learning capoeira


Sumber gambar :

http://static-p3.fotolia.com/jpg/00/05/85/74/400_F_5857492_PzHrnqOdQHPF9aBq7shzrJsN0pFf7nJM.jpg
http://www.babble.com/CS/blogs/strollerderby/Crystal-Gayle-Hair.jpg
http://loseweighttips.com.au/wp-content/uploads/2010/06/Lose-Weight-Tips.gif
http://ultimateschoolofguitar.com/images/VocalHotWeb.GIF
http://farm3.static.flickr.com/2190/2529012513_c7e90eb20f.jpg






Selasa, 17 Agustus 2010

Nyanyian Langkah Perjuangan



Kaki ini tak lagi perih walau berdarah
Jemari ini tak lagi linu walau kaku
Tubuh ini tak lagi lumpuh walau berpeluh
Hati ini tak lagi resah walau disesah

Jiwa yang merdeka kepakkan sayapmu
Patahkan belenggu-belenggu yang semu
Kalahkan rasa sakit pada bilurmu
Temukan kembali asa dalam dirimu

Tak perlu kaya karena harta
Tak perlu bangga karena dipuja
Ketika sayap jiwamu mengembang di angkasa
Derita hanyalah kebahagiaan sejati yang tertunda

Basahi bumi dengan merah darahmu
Topanglah langit dengan putih tulangmu
Terbanglah warnai langit di seluruh dunia
Dengan warna-warna kebanggaanmu, Indonesia

17 Agustus 2010
*Dirgahayu Indonesiaku*

Selasa, 29 Juni 2010

Sungguhkah Kita Peduli ?



Tanah air kita tercinta beberapa minggu terakhir ini cukup heboh dengan kasus beredarnya video porno "mirip" artis di berbagai wilayah. Beberapa kelompok masyarakat yang mengaku peduli dengan moral generasi muda mendesak aparat untuk segera menghukum para "pemeran" dan "pengedar" video tersebut. Gelombang kemarahan yang mengatasnamakan 'kepedulian' terhadap moral bangsa juga diarahkan kepada rumah pribadi sang artis, juga diwujudkan dengan upaya penutupan cafe yang diduga milik sang artis (tanpa memikirkan nasib orang-orang yang menggantungkan penghasilannya pada cafe tersebut).

Sementara itu, beberapa hari yang lalu, saya hampir mampus tertabrak mobil karena bis yang saya tumpangi seenaknya saja menurunkan saya di tengah jalan. Betul, di tengah jalan ! Baru selesai kaki saya dua-duanya menapak bumi dengan satu gerakan penuh konsentrasi karena bus tidak akan pernah mau berhenti sempurna saat menurunkan penumpang, sudah ada dua kendaraan pribadi 'siap' menerjang (dalam hal ini mereka tidak salah). Saya benar-benar ada di posisi "Maju kena, mundur kena". Saya cuma bisa mengangkat tangan, berharap di tengah kegelapan malam mereka masih sempat melihat saya, atau paling tidak Bapa di Surga bisa membuat mereka melihat saya.

Akhir cerita, saya selamat, sehingga sekarang bisa menuliskan pengalaman ini. Lalu apa hubungan kejadian yang saya alami dengan kehebohan yang tengah melanda dunia entertainment bangsa kita? Hubungannya terletak pada satu kata, "PEDULI". Di satu pihak sekelompok orang begitu bernafsu menghukum dan menghakimi beberapa oknum (yang notabene sebenarnya bukan tanggung jawab dan berada di luar lingkaran 'dalam' mereka) dengan mengatasnamakan kepentingan bangsa. Sedangkan realita lain menyajikan sikap yang apatis terhadap sesama di sekitarnya. Seorang supir bis yang seharusnya bertanggung jawab terhadap keselamatan seisi bis, yaitu penumpang dan krunya, malah bersikap mementingkan diri sendiri demi 'ngebut' mengejar setoran.

Dalam hati saya bertanya-tanya, sungguhkah kita benar-benar peduli dengan bangsa ini? Apakah kita bisa dibilang peduli kalau sudah bisa jadi 'hakim' bagi sesama? Bukankah sesungguhnya peduli dimulai dari hal-hal kecil, pada saat kita menaruh kepentingan orang lain di atas kepentingan diri kita sendiri? Jangan-jangan sebenarnya kita tidak benar-benar peduli dengan moral bangsa. Jangan-jangan kita hanya 'pintar' mencari kambing hitam atas kesalahan sendiri karena kita malas peduli.

Tanpa bermaksud membenarkan siapa pun, peduli dengan moral bangsa tidak perlu dengan repot-repot menyalahkan dan mencecar yang sudah jelas-jelas salah. Cobalah berkaca diri dan introspeksi. Mari sama-sama berusaha menyempurnakan yang kurang sempurna, mulai dari diri sendiri. Jadilah contoh yang baik bagi anak anda. Jangan lakukan kepada orang lain, apa yang anda tidak ingin orang lain lakukan terhadap anda. Cobalah lebih peduli kepada sesama, terutama yang menjadi tanggung jawab anda. Seperti kata seorang Romo kepada saya, berani jadi nomor dua, biarkanlah orang lain jadi nomor satu. Jagalah selalu martabat bangsa dengan bersikap santun pada sesama.

Selalu mulai dari diri sendiri sebelum mengubah sesuatu yang besar. Semoga bangsa Indonesia semakin jaya.

Sumber gambar :
http://www.exceptional.org.au/images/values/Care_MONO.jpg

Kamis, 03 Juni 2010

Akankah Begitu Mudahnya..

Mudahnya kekhawatiran menular
Hanya lewat bisikan si ular..

Mudahnya keputusasaan meluas
Hanya lewat dusta si penindas..

Mudahnya manusia goyah
Hanya karena permainan lidah..

Akankah mimpi punah
Kalah oleh hati yang lemah..

Akankah asa lenyap
Ditelan realita yang kalap..

Akankah doa kalah
Dihimpit resah dan gelisah..

Jakarta, 3 Juni 2010

"God, I'm confuse."

Kamis, 20 Mei 2010

Mencari Kacang Rebus

Sore ini ternyata langit Grogol masih menyisakan sedikit mendung. Saya berjalan bersama teman menikmati sejuknya udara Jakarta yang sangat jarang dijumpai. Tiba-tiba ingatan saya melayang pada suatu sore kira-kira seminggu yang lalu, di mana saat itu langit sedikit mendung, menyisakan tanah yang sedikit basah dan udara sejuk, sama seperti sore ini.

Ketika itu, saya berjalan kaki sendirian sepulang dari gereja. Sambil memandangi langit dalam keadaan "penuh Roh Kudus" mode on (:D), saya berdoa dalam hati, "Tuhan, aku pengen kacang rebus." Kemudian saya terus berjalan, sambil berharap mukjizat tiba-tiba datang. Dalam setiap langkah saya berucap doa yang sama, "Tuhan, pengen kacang rebus." Mata saya pun mencari-cari ke kanan dan ke kiri. Ketika melewati tempat di mana tukang kacang rebus biasa mangkal, saya hanya mendapati sisa-sisa kulit kacang di tanah.

Singkat cerita, sore itu saya gagal makan kacang rebus. Dan ketika suasana yang sama kembali hadir seminggu kemudian, tepatnya sore ini, saya pun kembali teringat doa saya yang belum terkabul itu. Akankah kali ini doa saya dijawab, pikir saya sambil tertawa dalam hati menyadari begitu ngidamnya saya dengan kacang rebus. Satu langkah, dua langkah, saya berjalan sambil mengobrol dengan teman-teman saya, dan pikiran akan kacang rebus sedikit menguap.

Tiba-tiba mata saya melihat sebuah gerobak yang sedang parkir di pinggir jalan. Kacang rebus, bukan? Kacang rebus, bukan? Dan jawabannya adalah.......BENAR, itu adalah gerobak kacang rebus. Hore, terima kasih Tuhan. Rasanya begitu bahagia sekali. Saya langsung berhenti dan beli sebungkus (tidak boleh banyak2, ingat asam urat..hehe). Saya berjalan pulang dengan setengah 'melayang' karena senaaaangggg sekali. Sekantong kacang rebus yang saya impikan sejak minggu lalu sudah siap dinikmati dengan mendoan yang sudah saya beli. Mantappppssss.....

Teman saya mengomentari euforia kacang rebus saya itu dengan sebuah kalimat bijak yang mungkin sudah sangat sering kita dengar, "Makanya Pi, segala sesuatu indah pada waktunya." Hehe..mungkin klise, tapi tadi saya benar-benar memaknai dan mengalami apa yang dimaksud kalimat tersebut. Sungguh indah rasanya penantian yang berbalas terkabulnya doa. Sungguh senang bila harapan yang kita pelihara berbuah jawaban.

Teman, sering kita (kita berarti saya ikutan) tidak sabar dalam penantian. Sering kali harapan kita mati dalam proses menunggu jawaban. Well, padahal kalau kita terapkan prinsip "sersan"-->serius dalam pengharapan, santai dalam penantian, kita akan jauh lebih 'happy' saat harapan kita terkabul. Mungkin sebenarnya, Tuhan tidak pernah berniat mempermainkan kita. Mungkin saja, dengan sedikit membuat kita menunggu, 'nikmat' Nya akan lebih terasa.

Yah, ini mungkin cuma persoalan sepele, sesepele kacang rebus. Tapi dalam prosesnya, saya sudah belajar berpasrah dan menanti dengan sukacita. Saya taruh problem saya di pangkuan Tuhan, dan saya jalani hari dengan seriang mungkin yang saya bisa dan tidak menggerutu dalam menunggu. Dan hasil...VOILA!! Gerobak kacang rebus itu muncul dengan tiba-tiba di saat saya hampir melupakannya. Hehe, hidup ini memang lucu kalau dipikir-pikir. Makanya, tidak ada gunanya meratapi doa kita yang belum terkabul.

Semoga prinsip yang sama dapat saya terapkan pada 'masalah-masalah' saya yang lain yang masih dalam proses menunggu jawaban Tuhan. Kalau suatu saat saya lupa, semoga Tuhan hadirkan kembali kacang rebus untuk mengingatkan saya akan pelajaran kecil yang pernah saya petik ("Sambil menunggu, makan kacang rebus saja, Anak-Ku :D ).

NB : Kenapa judulnya "Mencari Kacang Rebus"? Saya sedang berusaha agar judul ini terdengar seperti judul film lokal yang bikin heboh itu, "Menculik Miyabi".(halllahhh, maksa !!)